Cowo: Yank…? Kamu tau ngga perbedaan antara pesawat sama kamu?
Cewe: Ngga :DD
Cowo: Klo pesawat mendaratnya di bandara, klo km mendarat di hatiku, ehemmm… ;)
Cewe: Ea Ea Ea…Gomballlllllllllllllllllllllllll………….!!!
Well, Seiring dengan aktivitas komunikasi yang semakin intens,
terutama melalui social media menyebabkan runtuhnya sekat - sekat atau
batasan - batasan antara komunikator dengan komunikan. Runtuhnya sekat -
sekat ini juga berarti pergeseran makna kata dalam penyampaian.
Hal ini mungkin dapat diibaratkan makan coklat. Enak, tapi karena
keseringan rasanya menjadi membosankan. Begitu pula dengan kejujuran
orang dalam memuji yang semakin lama semakin sering dan semakin kreatif
yang akhirnya sering dimaknai sebagai gombalan.
Kita ambil contoh yang sederhana, misalnya Budi mengucapkan “Kamu
Cantik” kepada teman perempuan saya. Kemudian teman saya tersebut
merespon dengan kalimat, “Ah gombal“. Lantas saya bertanya - tanya
dalam hati, kok dibilang gombal?
Ada beberapa alasan mengapa teman perempuan saya itu berfikir kalau Budi sedang menggombal:
1. Dalam budaya orang Indonesia tidak terbiasa memuji atau menerima pujian secara spontan.
2. Dia takut ke-gr-an.
3. Berfikir kalau orang memuji pasti ada maunya.
4. Tidak yakin atau tidak nyaman dengan dirinya (ngga PD)
Sebenarnya untuk membedakan antara jujur memuji dengan gombal ini
dapat dilihat dari komposisi kata dan maknanya. Semakin panjang kalimat
dari pujian ini memiliki kecenderungan ekspresif atau gombal. Dan
kepada berapa banyak orang kalimat pujian ini diucapkan.
Semakin banyak diucapkan, maka kalimat pujian ini semakin rendah
harganya. Namun akan berbeda apabila kalimat pujian ini ditujukan kepada
1 orang terus menerus. Ini mengindikasikan bahwa memang ada kekaguman
tersendiri kepada seseorang tersebut, terlebih lagi apabila kalimat
pujian ini juga diucapkan kepada orang ketiga ketika seseroang tersebut
sedang tidak ada.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar