KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan
kesussahan dari kami dari segala kesusaahan. Sesungguhnya Tuhan kami adalah zat
yang Maha Pengampun lagii Maha penyayang. Dialah yang mewajibkan kami untuk
mengerjakan sesuatu yang diperintahkan dan meninggalkan segala laranganNya. Dan
aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah dan aku
bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusanNya. Sholawat sertaa salam
semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan
sahabat.Makalah ini dibuat dengan judul ”Cara Kerja Ilmu Sosial dan Humaniora ”
demi memenuhi tugas dan memberi pengetahuan bagaimana kita memahami cara
kerjailmu sosial dan humaniora. Setelah pembaca mengetahui isi dari makalah
yang telah dibuat, penulis mengharap kritik dan saran pembaca demi kelancaran
pembuatan tugasselanjutnya.Penulis sadar betul bahwa dalam penulisan ini masih
banyak kekurangan yang perlu disempurnakan. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi pembaca
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 10 Oktober 2011
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Filsafah dan ilmu jelass merupakan dua
elemen yang sangat berdekatan bahkan dapat dikatakan sebgai rumpun saling
membesarkan. Filsafah adalah induk ilmu disatu sisilain, dan filsafat juga
merupakan bagian dari ilmu disisi lain, oleh karena itu, pembicara filsafah dan
ilmu bagaikan mendiskripsikan setali satu uang artinya berbicara dalam koridor
yang sama. Dari konsep keduanyalah di bangun filsafah ilmu. Oleh karena itu,
menjelaskan filsafah ilmu tidak dapat memisahkan pembicaraan antara filsafah
dengan ilmu sendiri.
Salah satu pokok bahasan yang dikaji
dalam filsafat ilmu adalah ilmu sosial danhumaniora. Berbeda dengan ilmu-ilmu
alam, ilmu-ilmu sosial humaniora berkembanglebih kemudian dan perkembangannya
tidak sepesat ilmu-ilmu alam. Hal ini karena,objek kajian ilmu-ilmu sosial
humaniora tidak sekedar sebatas fisik dan material tetapilebih dibalik yang
fisik dan materi dan bersifat lebih kompleks. Selain itu,
dibandingkandenganilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial humaniora nilai manfaatnya
tidak bisa langsungdirasakan karena harus berproses dalam wacana yang panjang
dan memerlukan negosiasidan komprom.
BAB IIPEMBAHASAN
Berbeda dengan ilmu-ilmu alam,
ilmu-ilmu sosial-humaniora berkembang lebih
kemudian dan perkembangannya tidak sepesat ilmu-ilmu alam. Hal ini
karena, objek kajianilmu-ilmu sosial-humaniora tidak sekedar sebatas fisik dan
material tetapi lebih dibalik yan gfisik dan materi dan bersifat lebih
kompleks. Selain itu, dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu
sosial-humaniora nilai manfaatnya tidak bisa langsung di rasakan karena harus
berproses dalam wacana yang panjang dan memerlukan negoisasi, kompromi dan konsensus.
Seperti halnya ilmu-ilmu alam, manusia juga sudah barang tentu membutuhkan ilmu-ilmu
sosial-humaniora untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tidak fisikalmaterial,
melainkan lebih bersifat abstrak dan psikologis, seperti penemuan prinsip
keadilanmembawa manusia untuk mengatur perilaku sosialnya atas dasar prinsip
tersebut, dan prinsipkemanusiaan universal membawa manusia kepada sikap tidak
diskriminatif atas orang lainmeski berbeda ras, warna kulit, agama etnis,
budaya dan lain sebagainya.
Cara kerja ilmu - ilmu
sosial-humaniora bisa dirangkum dalam prinsip - prinsipseperti berikut:
a.
Gejala Sosial-Humaniora Bersifat Non Fisik, Hidup Dan Dinamis
Berbeda dengan ilmu-ilmu alam, di mana
gejala-gejala alam yang ditelaah lebih bersifat “mati” baik yang ada pada alam,
pikiran (matematika), maupun dalam diri manusia,gejala-gejala yang diamati
dalam imu-ilmu sosial-humaniora bersifat hidup dan bergerak secara dinamis.
Objek studi ilmu-ilmu sosial-humaniora adalah manusia yang lebih spesifik lagi
pada aspek sebelah dalam atau inner world-nya dan bukan outer world-nya
yangmenjadi ciri ilmu-ilmu alam. Perbedaan terlihat jelas, misalnya jika
dibandingkan denganilmu kedokteran, meski sama-sama menelaah manusia, yang
lebih membicarakan aspek luarnya manusia secara biologis atau fisikal,
ilmu-ilmu sosial-humaniora lebih menekankan pada sisi bagian “dalam” manusia
atau apa yang ada “di balik” manusia secara fisik, pada innerside, mental life,
dan mind-affected world
..
b.Objek
Penelitian Tidak Bisa Berulang
Dengan demikian gejala-gejala
sosial-humaniora cenderung tidak bisa ditelaah secara berulang-ulang, karena
gejala-gejala tersebut bergerak seiring dengan dinamika kontekshistorisnya.
Jika dalam ilmu-ilmu alam, gejala-gejala alam bisa ditelaah secara
berulang-ulang, sehingga mampu dihasilkan hukum-hukum objektif dan nomotetik ,
sedangkan dalamilmu-ilmu sosial-humaniora, objek yang ditelaah atau
gejala-gejala sosial-humaniora hanyadilukiskan keunikannya atau bersifat
idiographic.Ilmu-ilmu sosial-humaniora hanyamemahami, memaknai dan menafsirkan
gejala-gejala sosial humaniora, bukan menemukandan menerangkan secara pasti.
Pemahaman, pemaknaan, dan penafsiran ini lebih besar kemungkinan menghasilkan
kesimpulan yang berbeda, bahkan bertentangan, dari padamenghasilkan kesimpulan
yang sama.
c.Pengamatan
Relatif Lebih Sulit dan Kompleks
Mengingat sifat gejala-gejala
sosial-humaniora yang bergerak dan bahkan berubah,maka bisa dibayangkan ilmuwan
sosial-humaniora dalam mengamati mereka sudah barangtentu lebih sulit dan
komplek. Karena yang diamati oleh ilmu-ilmu sosial adalah apa yangada dibalik
penampakan fisik dari manusia dan bentuk-bentuk hubungan sosial mereka.Melihat
seseorang tersenyum pada orang lain adalah hal yang sering bisa ditemukan
dalamkehidupan sehari-hari, tetapi makna senyum itu dalam ilmu sosial-humaniora
bisa bermakna banyak,boleh jadi dia senang pada orang yg dilihatnya, boleh jadi
dia tidak suka tetapiterpaksa tersenyum karena ia tidak ingin kelihatan sebagai
orang yang tidak baik dimataorang-orang disekitar kejadian dia tersenyum itu,
dan boleh jadi tersenyum karena orangyang dilihatnya adalah lucu dan aneh. Van
Dalen menambahkan bahwa ilmuwan alam berkaitan dengan gejala fisik yang
bersifat umum, dan pengamatannya hanya meliputivariable dalam jumlah yang relatif
kecil dan karenanya mudah diukur secara tepat dan pastisedangkan ilmu-ilmu
sosial-humaniora mempelajari manusia baik selaku peroranganmaupun selaku
anggota dari suatu kelompok sosial yang menyebabkan situasinya bertambahrumit,
dan karenanya variabel dalam penelaahannya sosial-humaniora relatif lebih
banyak dan kompleks serta kadang-kadang membingungkan. Kuntowijoyo tentang hal
ini menggaris bawahi bahwa manusia memilikifree will dan kesadaran, karena
itulah, ia bukan benda yangditentukan menurut hukum-hukum yang baku sebagaimana
benda-benda mati lainnya yangtak memiliki kesadaran apalagi kebebasan kehendak.
Benda mati bisa dikontrol dandikendalikan secara pasti, tetapi manusia tidak
bisa karena disamping dikendalikan, ia juga bisa mengendalikan orang lain.
Determinisme dalam segala bentuk apakah itu ekonomi,lingkungan alam, lingkungan
sosial, politik dan dan budaya hanya berharga sebagaidependent variable tetapi
tidak pernah menjadi independent variable. Oleh karenaa itu, jelas bahwa
pengamatan dalam ilmu-ilmu sosial-humaniora adalah jauh lebih kompleks, subjek
dan objek penelitian adalah mahkluk sang sama-sama sadar yang jelas tidak
mudahmenangkap dan ditangkap semudah menangkap realitas batu misalnya.
d.
Subjek Pengamat (Peneliti) juga sebagai Bagian Integral dari Objek yang Diamati
Subjek pengamat atau peneliti dalam
ilmu-ilmu sosial-humaniora jelas jauh berbedadengan ilmu-ilmu alam. Dalam
ilmu-ilmu alam, subjek pengamat bisa mengambil jarak danfokus pada objektivitas
yang diamati, tetapi dalam ilmu-ilmu sosial-humaniora karena sujek yang
mengamati dan subjek yang diamati adalah manusia yang memiliki motif dan
tujuandalam setiap tingkah lakunya, maka subjek yang yang mengamati atau
peneliti tidak mungkin bisa mengambil jarak dari objek yang diamati dan
menerapkan prinsipobjektivistik, dan tampaknya lebih condong ke prinsip
subjektivistik. Karena subjek yangmengamati adalah manusia yang juga memiliki
kecenderungan nilai tertentu tentang hidupmaka ia menjadi bagian integral dari
objek yang diamati yang juga manusia itu. Dalammengamati gerak-gerik planet
seorang ilmuwan alam tidak perlu berpusing-pusingmemikirkan motif dan tujuan
dari planet itu, ia hanya perlu menjelaskan apa yang dilihatnya,dan proses
mengamati itu bisa diulang-ulang dengan gerak planet yang masih tetap sama.
Namun dalam ilmu-ilmu sosial-humaniora, peneliti yang mengamati perilaku
sosialmasyarakat tentang harus “membongkar” motif dan tujuan dari perbuatan
yang dilakukanmereka dan dalam “membongkar” ini, peneliti tidak bisa melepaskan
dari kecenderungan-kecenderungan nilai individu yang sedang dipeganginya.
Dengan cara ini, objek sosial-humaniora yang sama diamati oleh beberapa
pengamat hampir bisa dipastikan tidak akanmenghasilkan kimpulan yang tunggal,
tetapi cenderung beragam dalam interpretasi-interpretasinya.
Subjek pengamat sosial-humaniora
bukanlah sekedar sebagai spektator atas suatukejadian sosial-humaniora,
melainkan terlibat baik secara emosional maupun rasional dalamdan merupakan
bagian integral dari objek yang diamatinya. Manusia bisa mengamati benda- benda
fisik seperti gerak-gerak angin tanpa terlihat secara pribadi, tetapi manusia
tidak mungkin mengamati manusia lain tanpa melibatkan minatnya,
nilai-nilai hidupnya,kegemaran, motif, dan tujuan pengamatan manusia akan mempengaruhi
pertimbangan- pertimbangan dalam mempelajari gejala sosial-humaniora.
Oleh karena itu, meminjam istilah
Dilthey lagi, jika dalam ilmu-ilmu alammenggunakan Erklaren (penjelasan), maka
dalam ilmu-ilmu sosial-humaniora, pengamatannya memakai Versteben (pemahaman).
Versteben atau memaknai memegangi prinsip mengungkapkan makna dan tidak sekedar
menjelaskan. Di dalam terkandung prinsip bahwa pengalaman dan pemahaman
teoritis tak terpisahkan dan justru dipadukan.Pengalaman dan struktur-struktur
simbolis yang dihasilkan di dalam dunia kehidupan sosial-humaniora itu tak bisa
tampak “dari luar” seperti data alamiah yang doobservasi oleh ilmu-ilmu alam,
melainkan harus dilibati “dari dalam” diri subjek sosial-humaniora. Apa
yangingin diketahui bukanlah sekedar kausalitas, malainkan pengertian dan
makna.Versteben pada prinsip mengungkapkan pengertian dan makna adalah benar,
tetapi untuk memahami pemikiran orang lain dengan berempati masuk dalam
personalitas dan relung-relung bagianterdalam yang diamati tanpa melibatkan
sedikitpun atau menanggalkan sepenuhnya relung-relung bagian terdalam dari
sujek yang mengamati adalah hal yang belum tentu benar dalam Versteben karena
ini terdorong oleh prinsip objektivistik. Dalam mengungkapkan pengertiandan
makna, tetap bahwa relung-relung bagian terdalam dari subjek penelitian tetap
tidak bisasepenuhnya dilepaskan seperti yang dipegangi dalam hermeneutika
Heidegger dan Gadamer.
e.Memiliki
Daya Prediktif Yang Relatif Lebih Sulit dan Tak Terkontrol
Suatu teori sebagai hasil pengamatan
sosial-humaniora tidak serta merta bisa denganmudah untuk memprediksikan
kejadian sosial-humaniora berikutnya pasti akan terjadi. Halini dikarenakan
dalam ilmu-ilmu sosial-humaniora, pola-pola prilaku sosial-humaniora yangsama
belum tentu akan mengakibatkan kejadian yang sama. Meskipun demikian,
bukan berarti hasil temuan dalam ilmu-ilmu sosial tidak bisa dipakai sama
sekali untuk meramalkankejadian-kejadian sosial lain sebagai akibatnya dalam
waktu dan tempat yg berlainan, tetap bisa tetapi tidak mungkin sepasti dan
semudah dalam ilmu-ilmu alam
BAB
III PENUTUP
KESIMPULAN
Beberapa
abad lamanya dunia keilmuan berada dalam pengaruh positivisme. Dominasi yang
demikian kuat itu dihasilkan oleh isu yang diangkatnya. Yakni masalahmetodologi,
dimana para positivistis tidak menerima pengetahuan melainkan ia
dapatdiverifikasi serta bersifat obyektif. Paradigma semacam itu tampak masuk
akal sehinggadapat diterima para saintis dalam kurun waktu yang lama. Namun
seiring dengan melebarnya"wilayah kekuasaan" positivisme, ia justru
mulai menampakkan kelemahan - kelemahannya.Kekakuan paham ini membuat ilmuwan
yang tidak menyukainya berusaha keras untuk melampauinya.
Dalam
tugas makalah ini dijelaskan mengenai cara kerja ilmu - ilmu sosial
danhumaniora sebagai redefinisi dan sanggahan atas positivisme. Secara ringkas,
cara kerja ilmu- ilmu sosial dan humaniora dapat dipahami sebagai berikut :
1.Gejala
Sosial-Humaniora Bersifat Non Fisik, Hidup Dan Dinamis.
2.Objek
Penelitian Tidak Bisa Berulang.
3.Pengamatan
Relatif Lebih Sulit dan Kompleks.
4.Subjek
Pengamat (Peneliti) juga sebagai Bagian Integral dari Objek yangDiamati.
5.Memiliki
Daya Prediktif Yang Relatif Lebih Sulit dan Tak Terkontrol.
Poin
keempat jelas - jelas adalah fakta yang menyangkal positivisme,sedangkanalasannya
diberikan oleh poin kelima. Namun demikian, bukan berarti positivisme
salah.Akan tetapi wilayahnya hanya terbatas pada ilmu pengetahuan yang bersifat
objektif saja,dalam hal ini ilmu alam
0 komentar:
Posting Komentar